Wednesday, September 22, 2010

Negeri Awan

Aku pergi ke timur, menyongsong ke arah matahari yang belum lama berangkat dari peraduan. Langit terlihat biru dari dalam sini (adakah benar biru, ataukah kaca jendela ini yang membiaskan biru?). Matahari masih jauh rendah dari sepenggalah, sinarnya membiaskan langit biru muda yang cantik di sepanjang horizon. Makin ke atas makin tua birunya. Di antara garizan tona birunya, kepulan sutra putih yang halus menghampar seperti kabut tipis.

Di atasku, helai-helai cirrus berarak, seperti lapisan kapas tipis yang berlari melewatiku. Nun jauh kelihatan lembar-lembar pita putih dibentangkan, terkadang meliuk, di sepanjang cakrawala. Di bawah sana, daratan kadang tak kelihatan, tertutup lapisan dan gumpalan kapas putih yang lembut. Seperti sebuah padang salju di negeri yang sangat jauh dari katulistiwa bumi ini. Terkadang puncak-puncak gunung menyembul di tengah kerumun mega, seolah-olah tiba-tiba muncul begitu sahaja dari sebuah ketiadaan, di tengah-tengah ketiadaan. Menggoda imaginasiku akan sebuah negeri di atas awan.

Di padang putih sana ada sekumpulan biri-biri putih dan bersih sedang digembalakan. Biri-biri cumulus berbaris rapi, seakan tahu padang ini cukup luas untuk mereka semua. Kutinggalkan padang putih dan sekawan biri-biri putih, kumasuki sebuah negeri kabus. Langit masih biru di atasku, namun di seluruh sudut horizon hanya kabus putih yang kelihatan. Putih, tipis, luas, penuh.

Perlahan daratan terlihat bila kabus mula terselak. Sebuah suara tanda -- perintah untuk mengenakan tali pinggang keselamatan -- mengusik perjalanan imaginasiku. Sudah saatnya kutinggalkan negeri di atas awanku.
Mendarat kini aku di dataran realiti yang menyengat ini :)

No comments: